Selasa, 26 Oktober 2010

SII (Strategy of Information Integration)


Fenomena Integritas Sistem Informasi
Tuntutan globalisasi dan persaingan bebas serta terbuka dewasa ini secara langsung telah memaksa berbagai organisasi komersial seperti perusahaan maupun non komersial seperti pemerintah untuk menata uang platform organisasinya.

Dalam konteks ini, berbagai inisiatif strategi ditelurkan oleh sejumlah praktisi organisasi yang masing-masing mengarah pada keinginan berkolaborasi atau berkooperasi untuk menyusun kekuatan dan keunggulan baru dalam bersaing (baca: coopetition = collaboration to compete). Terkait dengan hal ini, sejumlah fenomena yang menggejala akhir-akhir ini antara lain:

·                     Terjadinya merger dan akuisisi antar dua atau sejumlah organisasi dalam berbagai industry vertikal, seperti: perbankan, asuransi, manufaktur, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.
·                     Restrukturisasi korporasi yang dilakukan dengan mengubah pola relasi antar anak-anak perusahaan dalam sebuah konsorsium grup usaha;
·                     Strategi kerjasama berbagai institusi pemerintah secara lintas sektoral untuk meningkatkan kinerja birokrasi;
·                     Tuntutan berbagai mitra usaha dalam dan luar negeri untuk meningkatkan kualitas aliansi dan kolaborasi; dan lain sebagainya.

Adanya berbagai fenomena tersebut secara tidak langsung memberikan dampak bagi manajemen organisasi, terutama dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber dayanya masing-masing. Beragam tuntutan yang bermuara pada keinginan untuk ”mengintegrasikan” secara fisik maupun relasi
dua atau lebih organisasi tersebut bermuara pada kebutuhan melakukan upaya ”sharing” sejumlah sumber daya data dan informasi (maupun pengetahuan) yang dimiliki sesama organisasi.

Artinya adalah bahwa, dua atau lebih sistem informasi yang ada harus diupayakan untuk ”diintegrasikan”. Terkait dengan hal ini, pengalaman membuktikan bahwa proses tersebut tidaklah sesederhana yang dipikirkan. Lamanya proses integrasi dan sering kandasnya usaha tersebut menggambarkan tingkat kesulitan atau kompleksitas usaha integrasi yang dimaksud. Banyak kalanagan praktisi menilai bahwa masalah utama yang dihadapi bukanlah karena kendala teknis, namun lebih banyak didominasi oleh hal-hal yang non teknis (baca: politik organisasi). Tidak banyak pihak yang mampu mencari jalan keluar dalam menghadapi kenyataan ini.

METODOLOGI SEBAGAI BAHASA BERSAMA
Dengan mempelajari sejumlah ilmu perilaku organisasi, jalan buntu politisasi tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan sebuah metodologi yang disusun berdasarkan fenomena resistensi yang kebanyakan disebabkan karena hal-hal sebagai berikut:
·         Ego sektoral organisasi yang sangat tinggi sehingga menutup kemungkinan untuk mau diatur atau bekerjasama dengan organisasi lain (kecuali jika yang bersangkutan menjadi pemimpin konsorsium);
·         Anggapan bahwa sistem informasi merekalah yang terbaik dibandingkan dengan yang dimiliki oleh pihak-pihak mitra lainnya;
·         Konteks kepentingan yang berbeda pada setiap organisasi sehingga sulit dicari titik temu yang memungkinkan untuk melakukan integrasi secara cepat;
·         Berebutan untuk menjadi pimpinan tim integrasi dalam sebuah konsorsium kerja sama;
·         Ketidakinginan untuk saling membagi data, informasi, maupun pengetahuan yang dimiliki karena akan dianggap mengurangi keunggulan kompetitif individu maupun organisasi;
·         Ketidaktahuan harus memulai usaha integrasi dari mana sehingga kondusif untuk dilakukan sejumlah pihak terkait; dan lain sebagainya.

Pendekatan dimaksud adalah dengan menggunakan metodologi yang menekankan pada evolusi pelaksanaan enam tahap integrasi seperti yang dijelaskan berikut ini.



                                                   (Gambar evolusi strategi informasi)


Tahap I: Eksploitasi Kapabilitas Lokal
Pada tahap pertama ini, yang perlu dilaksanakan adalah melakukan pengembangan maksimal terhadap kapabilitas sistem informasi masing-masing
organisasi.

Tujuan dari dilakukannya tahap ini adalah untuk memahami secara sungguh-sungguh batasan maksimal kemampuan sistem informasi dalam menghasilkan kebutuhan manajemen strategis dan operasional organisasi yang bersangkutan – baik dilihat dari segi keunggulannya maupun keterbatasannya. Hasil kajian ini sangatlah berguna untuk tahapan selanjutnya, terutama nanti dalam melihat cara-cara mengatasi keterbatasan masingmasing sistem informasi terkait.

Adanya tahap ini juga bermanfaat bagi mereka yang selama ini belum tahu benar mengenai karakteristik dan spesifikasi sistem informasi yang dimiliki untuk dapat lebih mengerti kapabilitas kemampuan sistem yang sebenarnya. Aktivitas eksploitasi yang dimaksud dapat hanya merupakan sebuah kajian atau simulasi analisa belaka atau benar-benar dilakukan pengembangan sistem yang dimaksud. Berbagai pendekatan teori manajemen dapat dipakai untuk membantu proses eksploitasi ini, seperti misalnya : SWOT, risk assessment, gap analysis, value assessment, dan lain sebagainya. Esensi keluaran (baca: outcome) dari tahap ini adalah pemahaman akan keunggulan dan keterbatasan sistem informasi yang dimiliki organisasi dalam hal memenuhi visi dan misi organisasi yang bersangkutan maupun dalam kaitannya dengan kebutuhan organisasi mitra lainnya yang diajak bekerjasama.

Tahap II: Lakukan Integrasi Tak Tampak
Setiap kerjasama atau kolaborasi dua atau lebih organisasi kerap mendatangkan kebutuhan baru. Dan ketika kebutuhan bersama ini muncul, seringkali tidak dapat dipenuhi oleh sebuah sistem informasi yang dimiliki salah satu anggota konsorsium. Karena Tahap I yaitu kajian kapabilitas sudah dilakukan, tidak akan ada satu organisasi pun yang berani ”berbohong” atau ”membual” bahwa hanya sistem informasinyalah yang dapat menyediakan kebutuhan kerjasama konsorsium.

Pada saat kebutuhan baru ini berhasil didefinisikan secara jelas, masing-masing organisasi melalui CIO-nya (CIO = Chief Information Officer) – atau personal dengan otoritas tertinggi di bidang sistem informasi – berkumpul dan berdiskusi bersama untuk mencari jalan keluar pemenuhan kebutuhan yang ada. Secara tidak langsung, dalam proses ini, cetak biru arsitektur masing-masing sistem informasi dapat mulai saling diperkenalkan dan dipertukarkan.

Jika hal ini berhasil dilakukan, maka tahap yang tersulit dalam integrasi, yaitu duduk bersama untuk memikirkan kepentingan yang lebih besar berhasil dilalui. Pada saat inilah sebenarnya hakekat ”integrasi” telah dilakukan. Secara teknis yang biasa dihasilkan adalah ide-ide solusi dalam bentuk penambahan sejumlah entitas atau komponen sebagai jembatan antara satu sistem dan sistem lainnya tanpa harus merusak masingmasing sistem informasi yang telah dianggap baik bekerja oleh setiap organisasi yang ada. Artinya adalah bahwa secara vertikal, masing-masing sistem informasi tetap melayani setiap organisasi terkait, sementara secara horisontal telah dilakukan proses integrasi melalui penambahan komponen-komponen baru hasil diskusi beragam organisasi yang terlibat (misalnya: interface, middleware, application integration system, database clearing house, dsb.). Keluaran sesungguhnya dalam tahap ini adalah kepercayaan dan kesadaran akan perlunya kerjasama untuk memecahkan solusi.

Tahap III: Kehendak Berbagi Pakai
Ketika skenario pada tahap kedua telah berjalan dengan baik (baca: efektif), langkah berikutnya adalah melakukan evaluasi seberapa efisien dan optimum solusi tersebut berhasil dibangun terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatan beraneka ragam sumber daya organisasi. Tentu saja efisiensi dan optimalisasi tertinggi belum terlihat dalam solusi tersebut karena dibangun dengan paradigma ”tidak mengganggu” masing-masing sistem informasi. Sekali lagi para CIO akan berkumpul dan melihat bahwa banyak peluang untuk meningkatkan kinerja solusi yang dihasilkan jika dan hanya jika adanya ”sharing” atau pola berbagi pakai antar sumber daya teknologi informasi yang dimiliki masing-masing organisasi. Dalam konteks inilah mulai terlihat adanya tawaran untuk misalnya menggunakan server dari organisasi A, aplikasi dari organisasi B, database dari organisasi C, jaringan dari organisasi D, dan lain sebagainya. Semua itu terjadi sebagai dampak kehendak untuk mencari solusi yang terbaik, sehingga seluruh CIO merasa tertantang intelejensianya dalam menghasilkan sistem yang dimaksud. Keluaran terpenting dari tahap ini adalah
mulai bergesernya pemikiran-pemikiran yang didominasi oleh faktor emosional ke ide-ide brilian yang dipandu oleh pemikiran rasional.

Tahap IV: Redesain Arsitektur Proses
Mencari solusi dengan berbekal berbagi pakai sumber daya biasanya dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemilik kepentingan internal (baca: internal stakeholder). Ketika konsorsium organisasi tersebut harus berurusan dengan pemenuhan kebutuhan pemilik kepentingan eksternal, seperti misalnya pelanggan atau publik, maka proses yang cepat, berkualitas, dan murah adalah yang menjadi dambaan mereka. Hal tersebut tidaklah mungkin terjadi jika secara lintas organisasi tidak dilakukan aktivitas redesain proses.

Di sinilah tahap penentu integrasi diuji kembali, karena yang akan terlibat tidak sekedar para CIO, melainkan pimpinan nomor satu dari masing-masing organisasi. Kegiatan kolaborasi ini akan efektif jika bermula dari akhir, dalam arti kata menggunakan kebutuhan pemegang kepentingan akhir (yaitu pelanggan atau publik) sebagai target solusi redesain. Dengan berpegang pada konsep dan teori BPR (= Business Process Reengineering) sejumlah usaha untuk melakukan eliminasi, simplifikasi, integrasi, dan otomatisasi proses akan dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah semangat kolaborasi antar CIO yang harus ditularkan ke para pimpinan organisasi.

Biasanya yang dilakukan adalah para CIO melakukan kajian terlebih dahulu, dan mendesain arsitektur proses baru (baca: tentatif) yang dipresentasikan kepada para pimpinan dengan sebuah pesan penting yaitu desain terkait dapat dan mungkin diterapkan oleh beragam organisasi tersebut. Keluaran dari tahap terberat ini adalah kesepakatan untuk melakukan kolaborasi secara lebih jauh, yaitu dengan memperhatikan nilai (atau value) dari pemegang kepentingan utama dari seluruh organisasi yang berkolaborasi. Ragam proses baru inilah yang akan menjadi cikal bakal atau embrio arsitektur sebuah sistem informasi terintegrasi yang dimaksud, yang merupakan penjelmaan ”secara tidak sadar” kumpulan sistem informasi organisasi beragam yang ada.

Tahap V: Optimalkan Infrastruktur
Rancangan beraneka ragam proses baru yang dihasilkan pada tahap sebelumnya tidaklah akan berjalan secara efektif, efisien, optimal, dan terkontrol dengan baik apabila secara fundamental tidak dilakukan penyesuaian terhadap infrastruktur organisasi yang ada – dalam hal ini adalah arsitektur sistem informasi terintegrasi yang dimiliki. Dalam kaitan inilah maka optimalisasi sistem informasi terintegrasi yang bercikal bakal pada masing-masing sistem informasi organisasi akan menghasilkan sebuah sistem dengan komponen-komponen lengkapnya seperti: perangkat keras, perangkat lunak, infrastruktur jaringan, sumber daya manusia, sistem database terpadu, dan lain sebagainya.

Perlu diperhatikan bahwa proses optimalisasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pemegang kepentingan utama dengan batasan (baca: contraint) tetap dijaganya kinerja masing-masing sistem informasi untuk melayani organisasi yang ada secara vertikal. Keluaran dari tahap optimaliasi ini adalah sebuah sistem informasi terpadu yang dapat bekerja secara efektif melayani kepentingan vertikal maupun horisontal. Dan tentu saja yang tidak kalah pentingnya, yaitu semakin eratnya relasi antar organisasi yang berkolaborasi setelah melewati sejumlah tahap sebelumnya.

Tahap VI: Transformasi Organisasi
Tahap terakhir yang akan dicapai sejalan dengan semakin eratnya hubungan antar organisasi adalah transformasi masing-masing organisasi. Transformasi yang dimaksud pada dasarnya merupakan akibat dari dinamika kebutuhan lingkungan eksternal organisasi yang memaksanya untuk menciptakan sebuah sistem organisasi yang adaptif terhadap perubahan apapun.

Sistem informasi masa kini yang dibangun dengan menggunakan paradigma rumah tumbuh dan berbasis komponen (baca: object-based approach) secara tidak langsung akan menular kepada karakteristik dari organisasi terkait. Artinya, sejumlah hal baru akan tumbuh menggantikan sesuatu yang telah lama dianut, misalnya:
• Transformasi dari organisasi berbasis struktur dan fungsi menjadi organisasi berbasis proses;
• Transformasi dari organisasi berbasis sumber daya fisik menjadi organisasi berbasis pengetahuan;
• Transformasi dari organisasi berbasis kebutuhan pemilik kepentingan internal
menjadi organisasi berbasis kebutuhan pemilik kepentingan eksternal;
• Transformasi dari organisasi berbasis rantai nilai fisik menjadi organisasi berbasi rantai nilai virtual; dan lain sebagainya.

Tahapan Setelah Integrasi
Dengan memperhatikan rangkaian kejadian di atas, terlihat bahwa proses integrasi merupakan sebuah strategi transisi yang terjadi secara alami, bukan dipaksakan oleh satu atau dua kubu kepentingan tertentu. Hal inilah yang sebenarnya menjadi kunci untuk melumerkan ketegangan politis yang terjadi dalam setiap proyek penggabungan atau kolaborasi sistem informasi. Dalam prakteknya, rangakaian tahapan tersebut akan berlangsung membentuk siklus hidup yang tidak berkesudahan, sejalan dengan keinginan setiap organisasi untuk selalu memperbaiki kinerjanya dari waktu ke waktu. Tentu saja setelah melalui proses evaluasi dan pembelajaran yang  terjadi secara kontinyu dan berkesinambungan.

strategi informasi integrasi berdasarkan e-commerce

Dengan globalisasi ekonomi, informasi dan kemajuan teknologi jaringan, persaingan usaha, perubahan telah mengambil tempat cara, dari persaingan tunggal antara kelimpahan ke dalam persaingan antara rantai pasokan. Integrasi selalu menjadi inti dari manajemen rantai pasokan, e-commerce dalam lingkungan hari ini, khususnya perkembangan pesat dari perdagangan elektronik dalam kasus industri, supply chain terintegrasi untuk perusahaan dengan lebih berarti.
Pertama, kebutuhan untuk integrasi rantai suplai

integrasi rantai suplai adalah bisnis utama sebagai inti, melalui pembagian informasi, koordinasi logistik dan arus kas, semua anggota rantai pasokan industri proses yang terkait, mengoptimalkan proses dan manajemen untuk meningkatkan efisiensi seluruh rantai pasokan. integrasi rantai suplai meliputi tiga aspek: pasokan bahan baku, produksi, distribusi produk dan untuk mencapai integrasi proses pengguna; pemasok, produsen, distributor, pengecer dan pengguna integrasi node; arus informasi, logistik dan keuangan integrasi aliran, artikel yang dimaksud adalah arus informasi rantai pasokan, logistik, integrasi aliran modal.

rantai pasokan terpadu untuk mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi perusahaan, meningkatkan kepuasan pelanggan, sehingga meningkatkan tingkat manajemen rantai pasokan, sehingga baik untuk bisnis maupun pelanggan, supply chain mengintegrasikan sangat penting.

1. tingkat persediaan yang lebih rendah, mengurangi biaya bisnis
Melalui integrasi, implementasi semua aspek koordinasi supply chain, lebih baik berbagi informasi setiap node untuk kolaborasi, yang lebih baik dapat mengatasi kelebihan persediaan, bullwhip effect dan sebagainya. rantai pasokan Terpadu dapat mengurangi tingkat persediaan industri penyimpanan, mempercepat kecepatan operasi logistik, sehingga mengurangi biaya keseluruhan dari perusahaan kepemilikan.

2. mempersingkat waktu respon, meningkatkan tingkat pelayanan

integrasi rantai suplai dapat mengurangi pemasok bahan baku untuk pelanggan dari arus logistik waktu. Melalui rantai pasokan berbagi informasi, rantai pasokan lebar pada perusahaan hulu dan hilir untuk merespon dengan cepat permintaan pasar, permintaan pelanggan untuk membuat real-time dan respon akurat, sehingga mengurangi waktu tunggu pelanggan.

3. integrasi sumber daya informasi, mengurangi biaya pembelian

Untuk pelanggan, mengintegrasikan supply chain, karena berbagi informasi, transparansi dan meningkatnya kompetisi antara perusahaan, pelanggan dapat membeli produk dengan harga yang lebih rendah atau bahan baku, sehingga menurunkan biaya pembelian.
Kedua, analisis industri e-commerce

Industri e-commerce, sering disebut sebagai industri B2B. Industri yang sama, produk dan bisnis informasi yang dibutuhkan untuk konvergensi tertentu, sementara di hilir supply chain perusahaan, permintaan dan penawaran lebih terkonsentrasi. E-commerce platform oleh industri, tidak hanya posisi sektor industri yang sama dan informasi produk agregasi, tapi juga hulu dan hilir rantai suplai perusahaan-perusahaan komunikasi yang terkait untuk mengoptimalkan seluruh rantai pasokan. Singkatnya, seperti Alibaba, platform terintegrasi HC e-commerce yang tidak objek makalah ini, dan logam seperti jaringan global, Cina Kimia Network, jaring baja, jadi saya difokuskan pada industri e-commerce platform artikel penelitian.

E-commerce industri, filosofi bisnis dan terpadu e-bisnis adalah sama sekali berbeda, hanya untuk menyediakan jasa untuk industri tertentu dan perusahaan, yaitu hanya untuk industri untuk melakukan yang mendalam, teliti. Berdasarkan Internet, ke industri pembeli dan penjual bersama-sama hampir untuk memungkinkan perusahaan untuk komunikasi yang ditargetkan lebih, transaksi. Ini memiliki fitur penting sebagai berikut:

1, situs industri e-commerce khusus memberikan layanan informasi untuk memfasilitasi bisnis dan berbagi pelanggan

E-commerce situs yang ditargetkan industri, dekat dengan bisnis dan pelanggan, dengan website e-commerce terpadu, berbasis industri dan perbaikan adalah fitur yang terbesar. Ini menyatukan perdagangan produk serupa, dan informasi yang berfokus pada Perdagangan dan perkembangan harga, termasuk pelepasan dan industri memeriksa makanan dan memasok produk dan permintaan konsultasi informasi dengan karakteristik tertentu informasi, kemudahan permintaan pelanggan produk dan jasa terkait, mengurangi waktu pelanggan biaya. Sementara itu, pengunjung ke situs paling dekat dengan industri, untuk memberikan banyak kesempatan bagi perusahaan anggota. Industri jaringan seperti China akan fokus pada informasi bisnis saat ini dan memberikan informasi tentang industri penerbitan laporan penasehat dari dua bagian, ini berfokus pada otomatisasi industri e-commerce situs ini sekarang memiliki lebih dari 8.000 pelanggan perusahaan melalui jasa konsultasi dan berbagi informasi keanggotaan, bidang otomasi industri telah membuat website yang sangat baik.

2 dengan karakteristik industri jasa e-commerce dapat mengurangi biaya operasional perusahaan anggota perantara

Dengan perintah perdagangan, logistik atau dana perdagangan seperti kontrol, situs industri e-commerce untuk produk perusahaan, layanan, penjualan, atau untuk menyediakan jasa perantara untuk pengadaan bersama. jasa Perantara umumnya memungut biaya keanggotaan dan biaya transaksi untuk tanda-tanda. Dan itu juga disediakan untuk perusahaan anggota dan industri makanan rantai pasokan hulu dan hilir peluang untuk pertukaran dan kerjasama, dapat mengintegrasikan sumber daya industri untuk meningkatkan kerjasama antara anggota rantai suplai untuk mencapai perusahaan anggota dan biaya industri. Untuk Treasure Island Jaringan Exchange, misalnya, tempat industri berat sejak tahun 2004 untuk industri makanan untuk menyediakan layanan transaksi dukungan penuh, termasuk di beberapa saluran yang melaporkan bahwa perubahan harga terbaru, review informasi bisnis untuk mencapai asuransi dan transaksi perbankan, dan docking yang sejumlah lembaga sertifikasi pihak ketiga seperti konten, untuk menyediakan perusahaan dengan alat perdagangan praktis, mengurangi biaya operasi.

3, situs industri e-commerce menyediakan layanan dukungan untuk memastikan transaksi lancar

situs Industri e-commerce untuk transaksi korporasi sebagai pusat, memberikan pencarian kredit, sertifikasi transaksi, kebijakan dan pelayanan hukum, dan transaksi layanan terkait seperti penjaminan kredit, serta industri e-commerce website merek dagang transfer, investasi, pembiayaan, penyewaan pasokan produk digital rantai permintaan, pengadaan, produksi, pemasaran dan aspek keuangan informasi dinamis. Dan sumber daya manusia dan layanan tambahan lainnya. situs Permintaan sekitar perdagangan dan industri e-layanan juga memberikan "garis" layanan, pembentukan klub anggota, untuk mempromosikan pertukaran bisnis dan komunikasi di antara pengguna. Melalui wajah ini untuk menghadapi modus komunikasi, lebih kondusif untuk memperkuat hubungan erat antara anggota, untuk lebih mempromosikan bisnis online.

Artikel ini diambil dari beberapa sumber, diantaranya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar